Saturday, July 28, 2007

Operator koridor 2

PT. TransBatavia (juga mengoperasikan koridor 3)
konsorsium terdiri dari Mayasari Bakti 50%, Steady Safe 23%, PPD 22% dan PT Metromini 5%

Alamat: Pool Perintis Kemerdekaan, Pulomas, Jakarta Timur

Direktur Utama Aziz Rismaya Mahfud
Direktur Mamat Surachmat
Direktur Operasi Jabes Sihombing


Read More...

Friday, July 13, 2007

Ancaman tutup koridor 2 dan koridor 3

Transbatavia, operator armada busway koridor 2 (Harmoni - Pulogadung) dan Koridor 3 (Harmoni - Kalideres), mengancam berhenti beroperasi karena terus nombok. Mereka meminta pengelola busway, BLU Transjakarta, memperbaiki manajemennya.

"Ini harus segera diselesaikan, jika tidak berbahaya. Operator bisa matiin koridor yang lain sebab pemiliknya dia-dia juga meski dengan nama berbeda," kata Ketua Dewan Transportasi Kota Soetanto Soehodo kepada detikcom, Jumat (13/7/2007).

Armada busway koridor 1 Blok M-Kota disediakan dan dirawat oleh PT Jakarta Express Trans (JET). Konsorsium ini terdiri dari PPD, Bianglala, Steady Safe, Pahala Kencana dan Ratax.

Operator koridor 2 dan 3 adalah PT Transbatavia yang terdiri dari PT Mayasari Bakti, PT Steady Safe, PT Metromini, dan PPD.

Konsorsium PT Jakarta Trans Metropolitan (JTM) menangani busway koridor 4 dan 6 yang beranggotakan PT Mayasari Bakti, PPD dan Steady Safe.

Sedangkan PT Jakarta Mega Trans (JMT) untuk koridor 5 dan 7 yang terdiri dari meliputi Mayasari Bakti, PPD, Steady Safe dan Pahala Kencana.

Saat ini keluhan muncul dari PT Transbatavia, pengelola koridor 2 dan 3. Padahal anggota konsorsium juga memiliki saham di koridor lainnya.

Operator busway bertugas menyediakan dan merawat bus. Sedangkan Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta bentukan Pemprov DKI Jakarta mengurusi manajemennya. BLU-lah yang mengatur jadwal keberangkatan bus termasuk berapa bus yang diterjunkan pada hari itu.

Subsidi

Soetanto menuturkan, permasalahan operator dan BLU Transjakarta berawal dari kondisi keuangan.
"BLU tidak mampu beri tarif operator yang memadai dengan alasan subsidi dari Pemprov DKI kurang dan untuk efisiensi. Itu silakan saja tetapi jangan korbankan penumpang yang harus menunggu busway 1,5 jam. Itu bukan efisiensi namanya. Sementara operator ingin semua bus beroperasi agar penumpang tidak numplek dan itu baik buat operator," bebernya.

Solusinya, menurut Soetanto, subsidi dan tarif busway perlu ditingkatkan. "Subsidi harus ditingkatkan tetapi ini melalui jalan panjang di DPRD. Selain itu tarif pun perlu dinaikkan pada taraf yang memadai," ujarnya.

Soetanto menjelaskan subsidi perlu dinaikkan agar tidak merusak pelayanan. BLU pun harus terus memonitoring operator. "Jika subsidi naik dan pelayanan tetap jelek ya harus dipinalti dan dievaluasi," cetusnya. (aan/nrl)

Read More...

Thursday, July 12, 2007

Keluhan operator

Operator Busway Terancam Bangkrut
Gubernur DKI berjanji akan mendengarkan keluhan operator.

PT TransBatavia, mengkhatirkan kemungkinan terhentinya pelayanan jasa transportasi busway. Pasalnya, sejak dua bulan terakhir BLU TransJakarta sebagai pengelola busway tidak menyetorkan seluruh pendapatan kepada TransBatavia selaku operator.

Direktur Utama PT TransBatavia, Aziz Rismaya Mahfud, menuturkan BLU TransJakarta hanya menyerahkan 80 persen pendapatan operator. Padahal setiap bulan dari 80 persen penerimaaan, sebanyak 60 persen digunakan untuk biaya operasional dan sisanya untuk mengembalikan nilai investasi.

Berkurangnya setoran pendapatan ini karena seluruh armada dikerahkan oleh BLU TransJakarta. "Bila berlanjut terus layanan busway terancam terhenti dalam dua bulan ke depan," kata dia, Rabu (11/7).
TransBatavia merupakan operator penyedia armada bus untuk busway koridor 2 (Pulogadung-Harmoni) dan koridor 3 (Kalideres-Harmoni). Aziz mengatakan, perusahaannya sudah memenuhi kewajiban penyediaan bus di dua koridor. Total kewajiban adalah 126 unit bus, dengan rincian 55 unit di koridor 2, dan 71 unit di koridor 3.

Namun kenyataannya tidak semua armada bus dioperasikan oleh BLU TransJakarta. Pada hari kerja, masing-masing koridor cuma dilayani 42 unit bus. Sementara pada hari libur seperti Sabtu dan Ahad, koridor 2 dilayani 30 unit bus dan koridor 3 dilayani 35 unit bus.

Tidak hanya mengandangkan sebagian bus, ketika jam sibuk penumpang telah lewat, BLU TransJakarta memulangkan hampir 30 armadanya di koridor 2 dan 3. "Sehingga ada perlambatan headway (jarak kedatangan antarbus, red)," ujar Aziz.

Apabila BLU TransJakarta mempertahankan pola manajemen seperti ini, dikhawatirkan operator terancam bangkrut. Salah satu alasannya adalah ketidaktepatan waktu bus sehingga pihak bank akhirnya meragukan kemampuan busway. "Tingkat pelayanan busway pada masyarakat merupakan catatan jaminan dari bank," tutur Aziz. Sejak BLU TransJakarta hanya membayar 80 persen pendapatan operator, karyawan TransBatavia terpaksa menerima gaji 50 persen terlebih dahulu.

BLU TransJakarta, seperti diutarakan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Nurachman, terpaksa tidak mengoperasikan seluruh armada dengan alasan menghemat subsidi. Menurut Aziz, masalah subsidi atau keuangan merupakan tanggung jawab BLU. Bukan masalah yang seharusnya dibebankan ke operator. "Hemat biaya tapi mengebiri pengguna jasa," katanya. Operator yang tergabung dalam konsorsium lain, seperti Jakarta Trans Metropolitan (koridor 4 dan 6) serta Jakarta Mega Trans (koridor 5 dan 7) dipastikan Azis bernasib sama.

Aziz memaparkan pola manajemen seperti ini baru terjadi tahun ini. Sebelumnya satu bus memiliki jarak tempuh 290 kilometer per hari. Kini berkurang jadi 165 kilometer per hari. Berdasarkan kesepakatan awal, busway harus beroperasi sebanyak 95 persen di hari kerja dan 85 persen di hari libur. Sisanya digunakan istirahat dan perawatan. Aziz meminta pemerintah segera membenahi manajemen BLU. Tanpa perbaikan dia menyangsikan keinginan konsorsium untuk berpartisipasi dalam pengadaan bus di koridor selanjutnya.

Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, berjanji akan mendengarkan keluhan operator ini. Namun Sutiyoso mengaku belum menerima laporan dari Dinas Perhubungan terkait keluhan operator. Sekretaris Daerah DKI Jakarta, Ritola Tasmaya, mengatakan Pemprov DKI baru akan bertemu Dinas Perhubungan pekan depan untuk membahas masalah busway. Namun Ritola menegaskan operator tidak akan sampai bangkrut dalam mengelola busway. ind - republika

Read More...